Sejarah Monumen Palagan Ambarawa, dan Taktik Pasukan Soedirman Kepung Tentara Sekutu

Berita Trend Indonesia – Seperti yang kita tahu, perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah sebuah akhir dari perjuangan bangsa Indonesia.

Namun, proklamasi merupakan perjuangan awal yang melahirkan euphoria semangat para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan dari ancaman para penjajah yang mana melahirkan berbagai peristiwa heroic para pejuang Indonesia di berbagai wilayah.

Salah satunya peristiwa heroik yang menandai perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan adalah Pertempuran Ambarawa atau Pertempuran Palagan Ambarawa yang terjadi di wilayah Ambarawa pada tanggal 12 hingga 15 Desember 1945.

Pertempuran yang melibatkan tentara NICA, pasukan Sekutu, dan para pejuang dengan berbagai serangan ini merupakan rangkaian sejarah peristiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia seiring kalahnya Jepang dari Sekutu dalam Perang Dunia Kedua.

“Ingatlah! Bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya. Kita masuk dalam tentara karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara” ujar Jendral Soedirman.

 

Tentara Sekutu Mendarat di Semarang

Sejarah Ambarawa Singkat Serta Tokoh Dan Kronologi Pertempurannya

Tepat pada tanggal 20 Oktober 1945 tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir R.B.W Bethell mendarat di Semarang dengan maksud untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah, dan kedatangan Sekutu ini diboncengi oleh NICA.

Awalnya kedatangan Sekutu ini disambut baik oleh rakyat Indonesia, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr. Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedangkan Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di Kota Magelang sehingga terjadi pertempuran.

 

Balasan Letkol M. Sarbini Kepada Sekutu

Hari Juang Kartika, Mengenang Palagan Ambarawa | BaleBandung

TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun, mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekano yang berhasil menenangkan suasana.

Insiden itu berhenti setelah kedatangan dari Presiden Soekarno dan Brigjen Bethell di Magelang pada tahun 2 November 1945. Mereka mengadakan perundingan dan gencatan senjata dan tercapai kata sepakat yang dituangkan ke dalam 12 pasal, di antaranya adalah sebagai berikut :

  1.  Pihak sekutu tetap akan menempatkan pasukannya di Magelang, untuk melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi Allied Prisoners Wars and Interneers (APWI-tawanan perang dan interniran Sekutu).
  2.  Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia-Sekutu.
  3. Aktivitas NICA tidak akan diakui Sekutu dalam badan-badan yang berada di bawahnya.

Pasukan Sekutu diam-diam meninggalkan Kota Magelang dan menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh, dan Surakarta.

Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut akan tetapi beliau gugur terlebih dahulu.

Sejak gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas Kolonel Soedirman merasa sangat kehilangan seorang perwira terbaiknya dan beliau langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran tersebut untuk menggantikan Letkol Isdiman.

 

Kehadiran Kolonel Soedirman

Mazzini on Twitter: "23. Kembali dilakukan voting sehingga menghasilkan  Kolonel Sudirman sebagai pemenangnya. Dengan hasil perolehan 22 suara  mendukung Kolonel Sudirman, sedangkan Letnan Jenderal Urip didukung oleh 21  suara. (Sudirman dan Urip

Kehadiran Kolonel Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan Republik Indonesia. Koordinasi diadakan di antara komando-komando sekitar dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan juga terus mengalir dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.

Pada tanggal 11 Desember 1945 Kolonel Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Sehingga pada tanggal 12 Desember 1945 pada pukul 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan.

Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR.

Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit Kolonel Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktir gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa sehingga Sekutu dibuat mundur ke Semarang

 

Sumber : https://www.academia.edu/9002444/PERANG_AMBARAWA

Penulis : Uli Yusufi Zahroh, Nayla Putri, Gangga Mahesa, Zara Alamanda

Related posts