Para Pengusaha Mengeluh Karena Nilai Tukar Rupiah Melemah

Berita Trend Indonesia – Baru-baru ini, para pengusaha dihebohkan dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan beberapa hari lalu.

Para pengusaha takut dan khawatir jika nilai tukar rupiah semakin melemah, maka akan berdampak pada usahanya khususnya pada biaya produksi dan operasionalnya.

Siddhi Widyaprathama, selaku Ketua Komite Perpajakan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan, para pengusaha yang mengimpor bahan baku dari luar negeri akan banyak mengalami kerugian.

“Pengusaha memiliki kekhawatiran apabila pelemahan (Rupiah) terus terjadi tentu akan mempunyai dampak. Terlebih untuk manufaktur atau produksi yang memiliki ketergantungan bahan baku impor untuk produksinya, tentu akan berpengaruh,” ujar Siddhi Widyaprathama.

Jika nilai tukar rupiah terus-terusan melemah, maka para pengusaha akan menaikkan harga barangnya di pasaran.

Siddhi Widyaprathama menjelaskan, pihaknya melakukan negosiasi dan permohonan ke pemerintah dan Bank Indonesia agar menyebar luaskan penggunaan mata uang lokal atau yang biasa dikenal dengan local currency settlement (LCS).

Menurut Siddhi Widyaprathama, jika pemerintah menyebar luaskan LCS maka para pengusaha tidak akan ketergantungan kepada dolar AS untuk transaksi perdagangan dan investasi.

Diketahui, negara Indonesia sudah bekerja sama dengan negara tetangga untuk melakukan transaksi LCS, negara tersebut ialah China, Malaysia, Thailand, dan Jepang.

“Kita harapkan ke depan bisa terus berkembang menambah jumlah partisipasi. Terutama, Indonesia harus memanfaatkan momentum sebagai Presidensi G20 dengan mendorong promosi lebih lanjut LCS untuk mengurangi ketergantungan,” ujar Siddhi Widyaprathama.

Pihak Apindo juga telah berkoordinasi kepada para pelaku usaha untuk tidak selalu ketergantungan kepada produk luar negeri.

Tetapi, para pelaku usaha harus dapat menggunakan dan membanggakan produk dalam negeri.

“Di sisi lain pelemahan nilai tukar Rupiah ini menjadi peluang dunia usaha untuk mencari alternatif komponen yang bsia diproduksi dlama negeri untuk mengurangi ketergantungan impor tadi,” sambungnya.

 

Penjelasan Bank Indonesia

Selamat Hari Bank Indonesia! Yuk, Kenali Sejarah dan Tugasnya | BSIM

Bank Indonesia (BI) mengklaim bahwa hingga saat ini 20 Juli 2022 nilai tukar rupiah terDepresiasi atau melemah 4,9 persen dibandingkan dengan akhir 2021 lalu.

Wira Kusuma, selaku Kepala Grup Dept. Ekonomi & Kebijakan Moneter Bank Indonesia mengatakan, depresiasi rupiah merupakan depresiasi yang rendah jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.

“Namun kalau kita bandingkan tingkat depresiasi negara-negara tetangga, kita relatif lebih baik dibanding negara lain. Contoh, sampai 20 Juli secara point to point kita terdepresiasi 4,9 persen, namun negara seperti Malaysia 6,42 persen, India 7,05 persen, Thailand 8,93 persen, jadi relatif kita lebih baik dari hal itu,” ujar Wira Kusuma.

“Tapi secara umum sektor eksternal kita yang digambarkan oleh neraca pembayaran Indonesia itu masih solid. Namun karena portofolio terjadi capital outflow itu menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar,” sambungnya.

Wira Kusuma menegaskan, kita negara Indonesia hanya perlu mewaspadai jika ada inflasi atau kenaikkan secara terus-menerus.

“Tapi kita lihat sumber inflasinya itu disebabkan oleh imported inflation dengan harga komoditas global yang meningkat,” tutupnya.

 

Imported inflation

Imported Inflation | BukaReview

Imported inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan nilai tukar mata uang, inflasi ini berdampak pada harga barang impor dari luar negeri.

“Hal ini juga menyebabkan menambah tekanan inflasi. Hal-hal inilah yang harus menjadi pertimbangan kita,” ujar Wira Kusuma.

Related posts