Berita Trend Indonesia – Seperti yang kita tahu, sampai saat ini tahun 2023 angka kemiskinan di Indonesia masih meningkat.
Pemerintah Republik Indonesia mengklaim bahwa pada tahun 2024 mendatang akan berfokus terhadap program kerja menurunkan angka kemiskinan ekstrem hingga 0 persen.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kemiskinan ekstrem ialah masyarakat yang tidak berpendidikan, tidak bisa bekerja, dan penyandang disabilitas.
Teten Masduki mengaku bahwa banyak kementerian/lembaga yang memberikan solusi yaitu dengan cara memberikan edukasi kepada masyarakat yang terdaftar dalam kelompok ekstrem untuk menjadi pengusaha.
“Yang miskin ekstrem ini kan tidak berpendidikan, tidak punya pekerjaan lalu sebagian disabilitas, tapi rata-rata program yang diusulkan kementerian itu solusinya kewirausahaan,” ujar Teten Masduki.
Teten Masduki menegaskan bahwa dirinya tidak setuju dengan solusi yang telah diberikan oleh banyak kementerian/lembaga, menurutnya solusi yang tepat untuk menekan angka kemiskinan ekstrem yaitu dengan cara memberikan atau membuka lapangan pekerjaan bagi kelompok ekstrem.
“Seharusnya kita menciptakan lapangan kerja,” ujar Teten Masduki.
Teten Masduki berharap agar pemerintah membantu meningkatkan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Menurut Teten Masduki, dengan meningkatkan UMKM maka akan tercipta banyak lapangan kerja untuk kelompok ekstrem.
“Makanya kalau ada UMKM yang bisa naik kelas buat bisa serap tenaga kerja, dengan begitu bisa menyerap tenaga kerja dari masyarakat miskin ekstrim,” ujar Teten Masduki.
Apakah Program Menurunkan Angka Kemiskinan Ekstrem 0 Persen Akan Terealisasikan?
Rissalwan Habdy Lubis, selaku Pengamat Sosial mengatakan bahwa pemerintah harus bekerja dengan sangat ekstra untuk dapat merealisasikan kemiskinan 0 persen di tahun 2024 mendatang.
“Untuk mencapai target angka kemiskinan ekstrem 0 persen di tahun 2024 saya kira memang memerlukan upaya ekstra ordinary,” ujar Rissalwan Habdy Lubis.
Rissalwan Habdy Lubis menjelaskan, pemerintah harus melakukan penguatan data pensasaran atau penghapusan kemiskinan ekstrem.
Menurut Rissalwan Habdy Lubis, cara untuk menghapuskan kemiskinan ekstrem jangka pendek yaitu dengan cara memberikan bantuan sosial sementara kepada kelompok ekstrem.
Tetapi, jika pemerintah ingin menghapuskan kemiskinan ekstrem jangka panjang yaitu pemerintah harus melakukan pengembangan skema program pemberdayaan ekonomi yang berbasis keluarga dan komunitas.
“Serta memperkuat fundamen ekonomi makro, sehingga angka kemiskinan dengan sendirinya akan berkurang,” ujar Rissalwan Habdy Lubis.
Target Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo telah memberikan target kepada pemerintah untuk dapat membasmi kemiskinan ekstrem hingga 0 persen saat masa tugasnya berakhir di tahun 2024 mendatang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kemiskinan ekstrem saat ini menyentuk 2,04 persen.
Sri Mulyani mengaku bahwa saat ini pemerintah telah berfokus mengalokasikan dana anggaran untuk menekan angka kemiskinan ekstrem.
“Penurunan kemiskinan ekstrem akan diupayakan pada tahun 2024. Ini berarti, keseluruhan total kemiskinan akan menurun, juga kebutuhan pendanaannya akan dilakukan prioritas untuk tahun ini dan tahun depan,” ujar Sri Mulyani.
“Jadi kemiskinan ekstrem yang harus 0 persen pada 2024 dan kemiskinan headline di 6,5-7,5 persen. Sedangkan untuk stunting diharapkan turun ke 3,8 persen. Ini berarti perlu effort tambahan yang keras dan alokasi anggaran untuk tahun ini dan tahun depan,” sambungnya.
Keterangan BPS
Badan Pusat Statistik (BPS) mengklaim bahwa pihaknya telah ragu tentang target yang telah dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo yaitu menekan angka kemiskinan ekstrem hingga 0 persen.
“Kalau dilihat dari tren data, sepertinya agak sulit untuk mencapai 7 persen atau kemiskinan ekstrem di 2,04 persen menjadi mendekati 0 persen, ini sulit rasanya,” ujar Kepala BPS Margo Yuwono.
Margo Yuwono menjelaskan bahwa angka kemiskinan ekstrem ini bergerak sangat dinamis, dan sulit untuk diprediksi.
“Kalau dilihat dari tren data, sepertinya agak sulit untuk mencapai 7 persen atau kemiskinan ekstrem di 2,04 persen menjadi mendekati 0 persen, ini sulit rasanya,” tutupnya.